Baru bulan Mei kemarin SIM saya habis masa berlakunya. Kebetulan selama ini saya bekerja di Surabaya. Padahal SIM dan KTP yang selalu ada di dompet saya itu bikinan Jakarta (sebenarnya sih KTP Tangerang, tapi SIM-nya kan Polda Metro Jaya 🙂 ). Alhasil beberapa kali saya terpaksa harus pulang ke Jakarta hanya untuk mengurus dua benda penting itu. Masalahnya, segala hal yang berbau birokrasi pemerintah bayangannya biasanya selalu menyusahkan baik dari segi waktu maupun biaya. Prosedur yang kurang jelas dan berbelit sampai durasi proses yang tidak pasti kecuali menyediakan biaya extra atau ‘service charge’ tentunya. Bikin malas setiap kali waktu expired tiba.
Tapi memang beberapa usaha untuk memperbaiki layanan masyarakat di bidang ini selalu ada. Dan yang saya akui usahanya paling baik dan sudah saya rasakan hasilnya adalah di kepolisian. Memang, sih, awalnya saya sempat heran. Sejak saya punya SIM sampai sekarang, yang namanya tempat ngurus SIM selalu beda. Bikin SIM dulu di Komdak, lima tahun kemudian saya perpanjang SIM di Daan Mogot. Dan ternyata bulan kemarin saya bisa bikin SIM dengan mudah di Polres Jakarta Selatan meskipun diawali dulu dengan cerita-cerita seru mengejar-ngejar mobil SIM keliling.
Ceritanya pagi itu saya baru datang dari Bandung dengan maksud memperbarui SIM. Berhubung pengalaman sebelumnya sudah lima tahun lampau, saya sebelumnya harus cari-cari informasi dulu. Tapi ternyata informasi yang saya dapat beragam. Ada yang bilang di Polres dan ada yang bilang di mobil SIM keliling lebih cepat. Yang jelas bayarnya sama-sama tidak mahal. Akhirnya saya memilih SIM keliling dan mencoba mencari informasi lokasinya dari siaran radio. Dapat. Penyiarnya bilang, posisi SIM keliling ada di komplek DPR di Kalibata. Saya pun meluncur ke sana. Untungnya saat itu tidak begitu macet. Kebetulan juga disupiri jadi mungkin macetnya yang saya tidak terasa 🙂 Akhirnya sampailah saya di Kalibata. Keliling-keliling mobil SIM keliling itu juga tidak segera tampak. Menyerah, diputuskan untuk tanya-tanya. Lha kok ternyata mobil SIM kelilingnya sudah tidak ada. Lho, kirain mobil SIM keliling itu nongkrong di satu tempat yang sama dalam sehari. Ternyata tidak. Setelah dari Kalibata, mobil itu pindah ke depan Ambasador. Berhubung saya nanti harus pulang ke Bintaro, malas lah mengejar itu mobil. Saya kemudian memilih untuk mencoba Polres Jakarta Selatan saja di dekat Wijaya. Karena searah juga dengan jalan pulang.
Sampai di sana timbul masalah baru. Kembali muncul persepsi ruwet dan tidak jelasnya proses pengurusan SIM. Padahal saya terdesak waktu harus segera pergi lagi. Akhirnya, persis seperti informasi yang saya dapatkan sebelumnya, di pintu masuk sudah ada petugas yang menawarkan bantuan. Karena terburu-buru saya terimalah tawarannya karena biaya yang disebutkan juga saya anggap tidak terlalu dilebih-lebihkan. Dipandu oleh seorang anak buahnya, akhirnya saya mondar-mandir di Polres Jakarta Selatan untuk mendaftar, antri foto dan akhirnya mengambil hasilnya yang ternyata loketnya bersebelahan, tidak terlalu antri dan nunggu selesainya juga benar-benar tidak lama!
Sebenarnya saya pingin menyesal karena sudah memakai jasa bantuan yang sebenarnya tidak benar-benar diperlukan itu. Khawatir pula biaya yang disebutkan tadi terlalu mahal sampai saya tidak bertanya-tanya lagi berapa sebenarnya biaya yang harus dibayarkan. Sejak awal menerima tawaran bantuan itu saya sudah bersiap-siap menyesal supaya tidak terlalu menyesal nantinya. Jadi tadi punya alasan lain kenapa sampai mau pakai jasa bantuan. Ya, supaya tahu aja kalau pakai bantuan itu gimana. Norak, ya. Anyway, bagaimanapun juga pengalaman saya itu akhirnya bermanfaat buat ibu saya yang sebulan kemudian juga harus mengurus SIM. Beliau jadi punya referensi yang lebih tepat dan akurat untuk itu. Yah, namanya juga penulis cerita. Setiap pengalaman pasti bermanfaat. Minimal buat bahan cerita 🙂